Sering kali ketika saya remaja orang tua saya mengatakan kata atau kalimat pada judul postingan ini dalam memberikan nasihat. " Ulah Kumaha Engke..., tapi Engke Kumaha..." Mungkin bagi anda yang bukan orang Sunda tidak akan mengerti apa yang dimaksud dalam perkataan diatas. Tapi kalau diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah "Jangan Gimana Nanti, tapi Nanti Gimana..."
Kalimat tersebut sering terlontar dari mulut orang tua saya ketika memberi nasihat atau wejangan dalam menyikapi suatu masalah atau ketika hendak mengambil keputusan. Hal tersebut sebagai bagian dari didikan dan bimbingan orang tua kepada anaknya ketika tengah remaja dengan pola pikir yang dangkal dan pendek yang cenderung dalam mengambil keputusan tanpa pikir panjang "...Ahhh...gimana nanti aja..." Sebagai contoh, ketika masa sekolah, tidak kurang anak sekolah yang kurang serius dalam menghadapi ujian, masih ada saja yang bermalas-malasan dengan prinsip "Ah.., gimana nanti aja.." dan bukannya "Nanti gimana..". Benar adanya apa yang dikatakan orang tua saya " Jangan Gimana Nanti, tapi Nanti Gimana..". "Nanti Gimana.." kalau tidak lulus akan mendorong siswa tersebut untuk berusaha giat belajar dan hasilnya "Gimana Nanti..". Tapi jika siswa tersebut mendahulukan "Gimana Nanti.." kalau hasilnya tersebut ternyata tidak lulus, maka "Nanti Gimana.." tidak akan berguna lagi. Sementara jika dia berkeyakinan akan lulus, mana mungkin akan tercapai jika tidak ada usaha giat belajar yang sudah dipegang oleh prinsip "Nanti Gimana..". Jelaslah disini bahwa kita harus mendahulukan prinsip "Nanti Gimana.." dibandingkan dengan "Gimana Nanti.."
Istilah ini pun terngiang kembali manakala adik saya akan membeli makan. Adik saya baru saja memasuki dunia kerja setelah menyelesaikan sekolahnya. Dalam bulan pertama tentu saja dalam menghidupi sehari-harinya masih diberi sama orang tua apalagi dalam kondisi merantau. Taktala perbekalan kian menipis dan gaji pun belum kunjung datang, maka adik saya melakukan mode penghematan untuk antisipasi perbekalan yang menipis supaya bisa sampai pada tanggal gajian. Dalam hal ini tentu saja adik saya sudah menerapkan prinsip "Nanti Gimana.." bukan "Gimana Nanti..". Nanti Gimana kalau perbekalan tidak cukup sampai tanggal gajian. Contoh lainnya di masyarakat misalnya adalah tentang Keluarga Berencana ( KB ). Masih banyak pasangan yang sudah menikah kurang merencanakan dengan matang dalam berkeluarga terutama masalah anak. Tidak kurang pasangan ini memiliki banyak anak dan tidak mendapatkan kehidupan yang layak. Ketika ditanya mengenai biaya hidup anak-anaknya sebelum anak-anak tersebut lahir, jawabannya "Gimana Nanti aja, Nanti juga ada rezekinya" Ya.., betul rezeki itu datangnya dari Allah, tapi apa tidak sebaiknya dipikirkan dulu dengan matang mau punya anak berapa..? Dan disesuaikan juga dengan kemampuan ekonomi orang tuanya, karena tentunya orang tuanya tersebut harus bertanggung jawab atas sandang, pangan, pendidikan anaknya dan lainnya juga. Tentu hal ini sejalan dengan prinsip "Nanti Gimana..." kan? Jadi.., anda mau pilih yang mana "Gimana Nanti.. " atau " Nanti Gimana.."